1 Desember 2011

Utang Luar Negeri


Kebaikan dan Keburukan Utang Luar Negeri 
bagi Indonesia

Neraca pembayaran Indonesia untuk neraca barang/neraca perdagangan (ekspor dan impor barang) selalu aktif, terutama karena minyak bumi dan komoditas unggulan lainnya sengat banyak diekspor. Akan tetapi, neraca jasa dan neraca modal sampai sekarang selalu defisit sehingga transaksi berjalan sering menunjukan defisit. Untuj menutupi defisit ini pemerintah terpaksa melakukan pinjaman (utang) luar negeri, baik kelembaga keuangan internasional (IMF, World Bank, dan CGI) maupun pinjaman bilateral dan multilateral dalam bentuk pinjaman akomodatif.

Factor lain yang mengakibatkan perlunya utang luar negeri adalah karena negara Indonesia termasuk negara sedang berkembang yang kekurangan modal untuk membangun dan mengejar ketertinggalan dari negara maju. Untuk membangun dan mengejar ketertinggalan ini, Indonesia memerlukan modal yang sangat banyak. Infarastruktur harus dibangun, system pendidikan harus dikembangkan dan kegiatan pemerintahan harus diperluas serta sector kegiata swasta memerlukan modal yang sangat banyak untuk mewujudkan modernisasi di berbagai kegiatan ekonomi. Salah satu modal tersebut adalah utang luar negeri.

Pinjaman (utang) luar negeri yang dilakukan Negara Indonesia mempunyai kebaikan dan keburukan, kebaikan utang luar negeri bagi Negara Indonesia adalah sebagai berikut :
  • Sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional.
  • Sebagai alat stabilitas ekonomioi nasional.
  • Sebagai alat pemerataan pendapatan nasional. 
  • Sebagai alat untuk meningkatkan aktifitas perekonomian dalam negeri (diversifikasi ekonomi) untuk meningkatkan ekspor. 
  • Sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional.
Keburukan utang luar negeri bagi Negara Indonesia adalah sebagai berikut:
  • Adanya ketergantungan terhadap luar negeri, sehingga perekonomian nasional sering dikendalikan oleh pihak yang memberikan pinjaman. 
  • Devaluasi yang dilakukan oleh Negara lain akan menurunkan nilai mata uang rupiah. 
  • Harus taat mengikuti peraturan internasional sekalipun peraturan itu merugikan industri dalam negeri. 
  • Menerima liberalisasi pasar (Globalisasi) sekalipun belum siap untuk bersaing dengan negara lain. 
  • Pinjaman Negara Indonesia dalam waktu yang lama walaupan bungannya rendah tetapi sudah mewariskan semangat berutang dan beban utang kepada anak cucu dimasa yang akan datang

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar